Dingin sekali, sore tadi hujan membasahi kota ini, tiba-tiba seseorang izin bercerita tentang konflik di pekerjaan, “I want to share something boleh?” pesannya, lalu kami saling berbalaslah pesan suara, padahal mau nya sama sekali aku tidak ingin membahas hal-hal berat tentang pekerjaan di weekend, tapi apa daya aku harus jadi penyimak yang baik.
Tapi cerita tentang pekerjaan adalah permukaan saja. Ketika pandangan-pandangan dirasa cukup, biasanya menjadi semakin sendu dan berujung dengan doa dan harapan yang ingin dicapain bersama. Tentang kesenduan, waktu itu biasanya aku melakukan tweet-tweet atau status sendu di halaman media sosial, lalu menjadi malu setelah kenal dengan banyak rekan-rekan kerja yang berasal dari profesional meminta pertemanan, berubahlah caraku menggunakan media sosial, harus tertib, berbicara tentang hal-hal yang baik, tentang pekerjaan, tentang siapa aku ingin dikenal.
Akhirnya sisi senduku yang kadang tak terungkapkan, padahal ruang ini menjadi karya-karya fenomenal, menjadi lagu, menjadi puisi, menjadi apapun yang melegenda. Bahkan kita saja sering senyum sendiri mengenang jejak-jejak kesenduan. Kok bisa ya dulu!”
Sering aku merasa kenapa-napa, seperti ada yang hilang tetapi tidak tahu apa dan siapa? Padahal hanya sebatas kesenduan yang tak terungkapkan, mungkin kesepian? Bukan juga, mungkin hanya karena bebal, tak mau ungkap perasaan, merasa takut ada yang salah, yang akan lebih baik dengar mendengar mendengar nyanyian sendu yang menimbulkan senyum simpul. Sesederhana itu
Hehe besok Senin lagi, kembali dengan aktivitas merealisasikan mimpi-mimpi yang menjulang tinggi, aku hanya meminta didoakan kebaikan-kebaikan, kamu jawab tentu.
No Comments